Saya Ditipu Orang!!! Inilah yang saya lakukan, Belajar untuk Menerima, Memaafkan & Melepaskan…
Ceritanya ini saya habis di tipu sama orang dengan nominal kerugian Rp 350.000.
Kronologis nya begini, ada teman saya di Instagram tiba-tiba DM bahwa dia membutuhkan uang, alasannya sih urgent dan mendadak banget. Cara dan gaya bahasanya mirip dengan teman saya yang asli. Intinya aku disuruh untuk mentransfer uang 350.000 melalui akun OVO nya. Oh iya, supaya enak menjelaskan, teman saya ini, sebut saja namanya Jono (nama samaran).
Ok saya lanjut ceritanya.
Seketika saya tidak curiga. Soalnya, Jono sudah tak anggap trust. Dia memiliki track record yang baik di kehidupan. Membangun Komunitas Sosial di daerah saya, menjadi penggerak di bidang pertanian, sering mengisi acara-acara seminar, dia juga sarjana S2, masih banyak lagi. Dalam segi karir Jono ini memiliki prestasi yang bagus.
Waktu ngobrol via DM, saya sebenarnya sedikit curiga sama dia, kok nggak biasanya minta bantuan melalui Instagram bukan melalui WhatsApp. Jono bilang, kalau WhatsApp nya lagi error.
Dari Chat inilah, saya mulai percaya dan emang masuk akal sih. Saya nggak beranggapan hal-hal yang negatif lagi. Setelah itu, Jono terus untuk menanyakan apakah sudah di tf uangnya?
Rasa curiga, sudah saya lepas, akhirnya saya pun mau mentransfer uang sebesar Rp 350.000 melalui OVO. Pasalnya atas nama OVOnya juga sama dengan nama yang aslinya, yaitu Jono Paidi. Makanya saya nggak terlalu berpikiran buruk sama Jono ini. Paling dia emang benar-benar membutuhkan uang. Ya wes jadi langsung aku tf gitu aja…
Singkat cerita…
Saya membuka WA, dan melihat Stories Jono yang asli. Dia memberikan pemberitahuan, kalau akun IG nya kena HACK. Seketika, otak saya langsung kaget, dalam hatiku berkata. (Jangkreek aku kena tipu. wkwkwk ) Dia mewanti-wanti, jika Akun IG nya minta-minta uang jangan dilayani.
Dan ternyata korban penipuan yang kena bukan Saya aja, ada 3-5 orang yang kena tipu. Bahkan, ada yang sudah tf 1juta, (wuih gila nih). Pokoknya saya kena musibah pada saat itu, di tipu orang.
Hal pertama, yang saya rasakan, setelah tahu, kalau saya ditipu, seketika saya ada sedikit rasa marah, kecewa dan jengkel. (maklum saya masih manusia, yang masih dititipkan hawa nafsu.. ) Namun, saya berusaha untuk menenangkan pikiran dan batin untuk segera menerima atas keadaan yang hadir dikehidupan saya ini.
Saya mengalihkan persepsi dan cara pandang soal musibah ini sebagai sebuah anugerah yang telah dihadirkan oleh Alloh swt. Seketika pikiran, batin dan jiwa saya lebih tenang dan menerima atas keadaan. Beberapa point pemaknaan dari cerita di kehidupan ini, saya jabarkan sebagai berikut.
“Oke Wil, nggak papa. Alloh sedang mensucikan harta-hartamu. Anggaplah itu sedekah. Toh, cuman 350rb. Ingat! semua kejadian di dunia ini semua atas izinnya lo. Jadi ya udah…”
“Kamu harusnya lebih bersyukur, kamu menjadi korban bukan pelaku. Artinya, Alloh masih sayang kepadamu. Masih di tuntun di jalan kebaikan. Doakan Dia Wil.”
“Lepaskan dan Maafkan Dia, segera berdamai dengan keadaan.”
“Uang itu hanya titipan Wil, kalau diminta sama Alloh ya sudah lah.”
Inilah sebuah moment yang begitu berharga dalam kehidupanku pada saat ini. Saya dituntut untuk belajar menerima keadaan, memaafkan pelaku yang menipu saya dan melepaskan atas kejadian pahit ini.
Kata Guru saya, “Jangan lihat cobaan yang menimpamu, tapi lihatlah cobaan itu yang mendatangkan siapa? Alloh swt”
Kalau dilihat dari teori psikologi dengan masalah dan musibah yang menimpa kita, sedangkan kita merespon dengan cara yang salah. Maka, hasilnya pun akan salah juga. Pasti akan ada kemarahan, tidak menerima keadaan. Hal ini akan membuat kondisi kesehatan psikologis kita menjadi terganggu. Membuat kita depresi, pikiran kacau dan membuat jalannya di kehidupan kita nggak stabil.
Akhir-akhir ini saya belajar tentang mindfulness dari teori yang sudah saya pelajari selama ini, tentang keseimbangan mental juga memerlukan teori penerimaan (Surrender). Menerima atau biasa disebut sebagai keberserahan adalah dasar terbaik untuk sadar diri secara utuh dan kesehatan mental. Ketika kita tidak menerima, pikiran kita gundah, hati kita resah, dan apa pun yang kita lakukan menjadi tidak efektif.
Energi kita habis mengelola ketidakpasrahan kita. Ketika kita menerima dan berserah, energi kita fokus ke semua hal yang kita terima. Analisis akan menjadi lebih mudah, ragapun. akan jauh lebih mudah digerakkan.
Pada dasarnya, menerima bukan untuk membebaskan pelaku yang sudah berbuat jahat kepada kita. Namun, kitalah yang melepaskan belenggu emosional negatif yang ada dalam kiri kita.
Menerima (nompo) keadaan memang bukan perkara yang mudah, namun solusi pertama yang bisa kita lakukan atas kejadian seperti yang saya alami ini adalah PENERIMAAN. Kalau kita berusaha untuk tidak menerima keadaan dan menyalahkan keadaan. Membuat kita akan semakin kacau. Kesehatan mental dan batin kita akan terganggu.
Penerimaan hal yang baik pasti banyak orang yang suka (termasuk saya), namun menerima musibah dan masalah, jarang sekali yang mau menerimanya. Menerima ketentuan kehidupan yang pahit menjadi dasar rukun iman tertinggi dari Agama yang saya anut yaitu “Qodo’ dan Qodar“. Bahwa ketentuan baik dan buruk di dunia ini semua berasal dari Alloh SWT.
Inilah yang menjadi salah satu dasar yang saya terapkan di kehidupan ini, untuk bisa lebih berdamai, dan lebih santai. Kalau kita sudah tau, bahwa semua kehidupan ini ada yang mengatur, membuat hati, pikiran dan jiwa kita lebih tenang.
Terkadang melakukan penerima memang memerlukan waktu, untuk bisa berkata (yaa wes lah..) Namun, kalau kita bisa berdamai lebih dini atas masalah yang menimpa kita, membuat kehidupan dan kesehatan mental kita menjadi lebih baik. Kita bisa lebih fokus kepada hal-hal yang jauh lebih penting di kehidupan kita ini. Fokus kepada Purpose Of Life yang kita tuju.
Hidup bukan soal memiliki, atau menggenggam erat apa yang kita punya. Namun, kita harus belajar juga untuk melepaskan dan merelakan.
Dalam agama islam mempunyai prinsip bahwa, “Harta didunia hanyalah berupa titipan dari Sang Pemilik Kehidupan. Kalau sewaktu-waktu diambil kita harus siap untuk merelakan…”
Saya bersyukur, atas musibah yang menimpa saya kali ini. Karena bukan soal menerima keadaan dan melepaskan, saya juga bisa berbagi pengalaman melalui tulisan ini. Yah, siapa tahu dari tulisan saya ini ada sedikit manfaat yang bisa diambil dan bisa kita terapkan di kehidupan. Dan bisa menyadari posisi kita sekarang ini.
Dan entah kenapa, setelah melakukan hal yang saya tulis di atas. Esok harinya ada keajaiban yang tak terduga, Alloh langsung mengganti uang tersebut. Tiba-tiba partner bisnis saya di Bandung konfirmasi kalau hasil bagi dividen sudah di transfer. Subhanallah…
Mungkin ini dulu dari saya, terima kasih sudah membaca sampai habis, semoga bermanfaat. Sukses untuk Anda semua, dan see you to the top…