web counters
Mindfulness, Self Improvement

Gara-Gara Ekspektasi, Berujung pada Kekecewaan, Kecemasan & Kegelisahan

“Kendorkan ekspektasi, ganti dengan kesadaran diri. Karena kahanan sering kali diluar kendali. Kita yang beradaptasi, atau kita yang terlalu memaksakan diri bahwa semua peristiwa harus sesuai ekspektasi?” – Wildan Asrori

Pada dasarnya kehidupan itu selalu menyuguhkan ketidak-pastian. Dimana, hal-hal yang tidak terduga dan diluar kontrol kita sering terjadi. Entah itu berupa ujian, kabar baik, kabar buruk, dll. Tetapi seringkali kita berpikiran bahwa kehidupan selalu seperti yang kita inginkan.

Semuanya harus lancar, semuanya mudah, semuanya aman. Pokoknya kita selalu berharap kepada hal-hal yang menyenangkan aja.

Padahal itu mustahil!!!
Ingat, mustahil!

Sebenarnya, juga nggak salah kalau kita selalu berharap kepada hal-hal yang baik, selalu menyenangkan dan sesuai yang kita ekspektasikan. Karena otak manusia itu telah terprogram menyukai kesenangan, dan menjauhi kesengsaraan. Nggak heran kita mendambakan kehidupan yang selalu mulus dan baik-baik saja terus.

Tapi, disisi lain kita sebagai manusia yang dikarunia otak untuk berfikir harusnya bisa sadar, se-sadar-sadarnya, bahwa kehidupan juga menyuguhkan ketidakpastian. Maka dari itu, kendorkan ekspektasi tinggi, supaya tidak frustasi. Karena dari sebuah ekspektasi lah membuat kita bisa timbul rasa kecewa, cemas atau kegelisahan.

“Jangan menuntut peristiwa terjadi sesuai keinginanmu, tetapi justru inginkan agar hidup terjadi seperti apa adanya, dan jalanmu akan baik adanya” – Epictetus

Saya beri contoh kasus terkait kekecewaan, supaya kamu bisa mudah memahami apa yang saya tulis kali ini.

Ekspektasi Romantis yang Berujung Kekecewaan

Misalnya, kamu sudah janjian sama gebetanmu, ceritannya mau ngedate. Pakaian rapi, minyak wanginya harum, wajah ceria, dan restoran sudah kamu booking. Kamu membayangkan momen romantis, obrolan ringan, dan keindahan waktu bersamanya. Sambil ngobrol dan makan bersama. Pokoknya indah banget deh.

Namun, Setelah menunggu lama pacarmu datangnya telat sampai 2 jam, dia terjebak macet, karena ada perbaikan jalan. Kira-kira gimana perasaanmu? Pasti Kecewa? gambaran ideal tentang kencanmu itu bakal memudar.

Janjian Bersama Teman yang Gagal Terpenuhi

Situasi lain, yang sering kali terjadi adalah ketika kita merencanakan pertemuan dengan teman dekat atau sahabat, tapi kena PHP. Segala rencana sudah disusun, namun tiba-tiba temanmu membatalkan janji tanpa alasan yang jelas. Padahal, kamu sudah meluangkan waktu, bahkan sudah menunggu di tempat yang dijanjikan. Lagi-lagi, kekecewaan datang karena harapan tidak sesuai kenyataan.

Belanja Online yang Tak Sesuai Harapan

Pernahkah kamu mengalami kegagalan ekspektasi dalam belanja online? Barang yang terlihat menarik di foto, ternyata sangat berbeda saat sampai di tangan. Bahan yang tipis, warna yang kusam, dan kualitas yang jauh dari bayangan. Kekecewaan kembali hadir karena ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan yang diterima.

“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” – Umar Bin Khattab

Dari 3 contoh diatas, kita bisa melihat bahwa kekecewaan sering kali hadir karena kita terlalu menggantungkan harapan pada sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan.

Rasa kecewa itu datangnya dari kita sendiri, dimana kita terlalu berharap tinggi kepada seseorang untuk bisa merealisasikan suatu peristiwa sesuai kesepakatan. Ternyata realitanya malah sebaliknya.

Penyebab kecewa bukan berasal dari orang lain, tetapi kita sendirilah yang membuat, terlalu berharap kepada orang lain untuk bisa memenuhi ekspektasi yang kita harapkan.

Contoh lain di kehidupan terkait kecemasan yaitu karena kita sering kali mengkhawatirkan masa depan.

  • Cemas terkait kesuksesan
  • Cemas hidup kok begini-begini aja
  • Cemas belum dapat pasangan hidup / nikah
  • Cemas belum punya anak/momongan
  • Cemas kalau membuka bisnis, nanti gagal.
  • Cemas pertumbuhan anak lambat
  • dll

Hal tersebut adalah segelitir pemikiran yang sering kita alami di kehidupan. Dimana, yang membuat rasa cemas, sebenarnya kita sendiri juga.

Coba deh stop overthinking di masa depan, sadari kamu hanya perlu memikirkan di saat ini, kini dan sekarang. Berfokuslah pada kinerja terbaik di saat ini. Bukan cemas memikirkan masa depan.

“Manusia yang paling bahagia adalah orang yang memiliki hati yang alim, jiwa raga yang sabar dan sikap qana’ah dengan apa yang dimiliki” – Nashoihul Ibad, Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi

Pada dasarnya semua kekecewaan, kecemasan atau kesedihan berasal dari kita sendiri. Bukan faktor eksternal, kita sendirilah yang mengizinkan untuk merasakan hal tersebut.

Apakah kamu sering kecewa, wil?

Saya masih manusia guys, rasa kecewa, cemas dan gelisah tentu sering saya alami.

Hal yang sepele aja, waktu ada teman yang pinjam uang, sudah berjanji mau di kembaliin. Eeh tau-tau nggak ada kabar dan tiba-tiba menghilang. Kalau nggak gitu dia pura-pura lupa. Hehe. (Pasti kamu juga mengalaminya!)

Saya bukan orang yang susah, saya lebih memilih kehidupan yang tenang dan damai. Jadi kalau ada kejadian seperti itu, saya memilih melepaskan.

Saya fokus kepada hal-hal yang lebih produktif yang bisa mendatangkan uang lebih banyak. Dari pada menagih hutang yang nggak ada kejelasan, dan berujung kepada kekecewaan?

Kamu bisa baca juga : Lepaskan Beban Kehidupanmu yang Nggak Penting!!!

Begitu juga saya terapkan di organisasi bisnis yang sedang saya jalankan di Berdikari Media. Kalau ada klien yang nggak mau melunasi pembayaran, saya lebih memilih merelakan. Dari pada ribet.

Sudah saya follow up sampai 3 kali kalau nggak ada kabar, saya memilih melepaskan. Dan berfokus pada strategi marketing untuk mendapatkan projek-projek yang lain.

Sebenarnya banyak hal yang bisa menyebabkan rasa kecewa, cemas atau gelisah.

Kalau rasa tersebut muncul, saya segera menyadari bahwa itu semua berasal dari saya sendiri. Bila rasa kecewa datang, saya lebih memilih berdamai dan beradaptasi dengan kehidupan, serta mengendorkan ekspektasi yang berlebihan.

Ada sebuah framework yang bisa kita pakai supaya tidak sampai timbul emosi negatif, entah itu kekecewaan, kesedihan atau kegelisahan. Sehingga kamu bisa lebih santai, tenang, dan bijak.

STAR (Stop, Think & Assess, Respond)

Stop – Berhenti Sejenak

Sering kali kita dihadapkan di tengah situasi yang penuh tekanan, reaksi pertama kita sering kali muncul secara spontan, bahkan tanpa berfikir secara matang-matang. Ketika kita berhenti sejenak, kita memberi kesempatan pada diri sendiri untuk meredakan emosi dan menarik napas dalam-dalam. Langkah ini penting untuk menghindari respons impulsif yang mungkin bisa kita sesali nanti.

Menarik diri sejenak membuat kita bisa lebih mengontrol berbagai emosi yang ada di dalam diri. Dengan begitu, kamu bisa lebih bijak dalam melangkah untuk mencari sebuah solusi.

Contoh Kasus : Kecewa Karena Teman Membatalkan Janji

Bila kamu dan seorang teman sudah merencanakan acara kumpul bersama sejak lama. Tetapi, di hari yang sudah ditentukan, temanmu tiba-tiba membatalkan dengan alasan yang kurang jelas. Kamu merasa kecewa, mungkin bahkan sedikit marah karena sudah menantikan acara ini. Maka, tindakan kamu seharusnya bersikap seperti ini :

  1. STOP – Berhenti dan Jangan Langsung Mengirim Pesan
    Rasa kecewa sering kali memancing kita untuk langsung mengirim pesan yang bernada kesal atau sarkastis. Sebelum melakukannya, coba berhentilah sejenak. Ingat bahwa kata-kata yang kita pilih dalam keadaan kecewa bisa memperburuk hubungan.
  2. Ambil Waktu untuk Menenangkan Diri
    Tarik napas dalam-dalam dan beri diri waktu untuk menerima kekecewaan itu. Kamu bisa memilih untuk melakukan aktivitas lain yang membantu menenangkan, seperti berjalan-jalan sebentar, mendengarkan musik, atau hanya duduk diam dan memikirkan perasaanmu.
  3. Fokus pada Emosi
    Sadari emosi yang muncul—apakah kamu merasa diabaikan, dikecewakan, atau mungkin tidak dihargai? Identifikasi perasaan tersebut tanpa langsung bereaksi. Dengan begitu, kamu bisa memahami diri sendiri dan sumber kekecewaan dengan lebih jelas.
  4. Berikan Dirimu Ruang untuk Berpikir
    Dengan berhenti dan mengambil waktu sejenak, kamu menghindari reaksi impulsif. kamu memberi ruang untuk menilai kembali apakah respons yang akan Anda berikan akan memperbaiki situasi atau justru sebaliknya.

Think & Assess – Pikirkan dan Nilai Situasi

Setelah berhenti, langkah berikutnya adalah berpikir dan menilai situasi.

  • Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
  • Bagaimana perasaanmu?
  • Mengapa situasi ini memancing reaksi tertentu darimu?

Menilai situasi ini bisa membantumu memahami dari perspektif yang lebih luas, baik dari sisi diri sendiri maupun orang lain yang terlibat.

Tips untuk langkah ini :

  • Tanyakan pada diri sendiri: apa penyebab utama situasi ini? Apakah kamu memahami seluruh konteksnya?
  • Pertimbangkan konsekuensi dari berbagai pilihan yang mungkin kamu ambil.
  • Pertimbangkan perasaan atau kepentingan pihak lain yang mungkin terlibat.

Respon – Respon dengan Bijak

Setelah berhenti sejenak dan menilai situasi, langkah terakhir adalah merespons. Respons yang diambil dengan bijak akan lebih sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan hasil yang diinginkan. Ini juga mengurangi risiko konflik berkepanjangan atau konsekuensi negatif. Dengan metode STAR, respons yang kita berikan tidak hanya bersifat reaktif tetapi lebih reflektif dan tenang.

Cara merespons dengan bijak:

  • Pilih kata-kata yang tidak menyinggung.
  • Pertimbangkan nada suara agar tidak terdengar agresif atau pasif.
  • Fokus pada solusi dan upaya membangun komunikasi yang positif.

Metode STAR diatas, memandu kita untuk tidak hanya merespons secara refleks, tetapi juga mengajak untuk merenung sejenak, menilai dengan objektif, dan akhirnya merespons dengan penuh kesadaran.

Dalam banyak situasi, reaksi yang impulsif bisa mengarah pada masalah baru. Membuat kita semakin emosi, frustasi, kecewa, cemas, dll. Dengan STAR, kita belajar untuk menunda reaksi spontan, sehingga kita dapat berpikir secara jernih dan memilih respons yang lebih matang.

Metode STAR bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari hubungan personal, pekerjaan, hingga situasi sosial. Menerapkan metode ini, membuat hidupmu bisa lebih tenang, meskipun situasi dalam situasi penuh dengan tekanan. Alih-alih reaktif, kamu bisa menjadi seseorang yang reflektif dan bijaksana dalam bersikap.

“Kita menjadi jauh dari ketenangan, karena terlalu gelisah akan impian” – Sejenak Hening, Adjie Santosoputro

Kesimpulan

Pada dasarnya rasa kecewa, gelisah, cemas kita sendirilah yang membuat. Kita sebenarnya bisa memilih kondisi yang tenang dan santai. Tinggal kita aja, bagaimana otak dan hati kita bisa benar2 dalam kendali kita. Bukan kendali di luar dari diri kita.

Ini dulu dari saya, terimakasih sudah membaca sampai habis. Sukses untuk Anda semua dan see you on the top…

Catatan :

Ketidakpastian dalam Kehidupan

  • Hidup selalu menyuguhkan ketidakpastian, di luar kendali manusia.
  • Berharap segalanya berjalan sesuai keinginan itu wajar, tetapi harapan berlebihan sering membawa kekecewaan.
  • Kekecewaan muncul karena ekspektasi yang terlalu tinggi.
  • Penyebab utama kekecewaan adalah diri sendiri, bukan orang lain.
  • Overthinking hanya memicu rasa cemas dan gelisah.
  • Semua emosi negatif (kekecewaan, kecemasan, kesedihan) berasal dari diri sendiri. Kesadaran diri diperlukan untuk tidak membiarkan emosi negatif menguasai.

Solusi: Metode STAR (Stop, Think & Assess, Respond)

  • Stop: Berhenti sejenak untuk menenangkan diri sebelum merespons.
  • Think & Assess: Evaluasi situasi dan emosi dengan objektif.
  • Respond: Respon dengan bijak dan penuh kesadaran, hindari impulsif.

Manfaat Metode STAR

  • Mengurangi respons impulsif yang bisa memperburuk keadaan.
  • Membantu bersikap reflektif dan bijaksana dalam berbagai situasi.
  • Cocok diterapkan dalam hubungan personal, pekerjaan, dan situasi sosial.

Hidup Lebih Tenang

  • Dengan mengurangi ekspektasi dan menerapkan metode STAR, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang, bijak, dan terkendali meski dalam tekanan.

Referensi :

  • Buku Filosofi Teras, karya Henry Minangpiring
  • Nashoihul Ibad, karya Nashoihul Ibad, Syech Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi
  • Sejenak Hening, karya Adjie Santoso Putro

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *