web counters
Stories

Pesan Ibu Penjual Nasi Kaki Lima, Saya Disuruh untuk Menjalankan Ini?

Sebuah nasehat berharga yang membuat air mataku jatuh, sampai bulu kudukku berdiri semua.

Ketika sampai di Surabaya, saya pun langsung mencari tempat makan di sekitaran Stasiun Gubeng. Maklum perut saya keroncongan habis perjalanan jauh. Saya berjalan keluar dari Stasiun mencari tempat makan yang murah, banyak dan enak tentunya. Karena kalau di stasiun pasti harganya mahal-mahal, bagi saya orang desa ini, lebih memilih mencari makan di luar Stasiun. Waktu itu menunjukan jam 7.00 pagi hari, emang waktunya untuk sarapan. Sambil mencari minuman kopi untuk menghangatkan badan.

Saya berjalan sekitar 900 meter keluar dari stasiun untuk mencari warung sederhana. Ada banyak sih, namun entah kenapa kaki saya berhenti di penjual nasi kaki lima yang begitu sangat sederhana.

Gambarnya begini. Luas cuman sekitar 3 meteran persegi. Trus ada 2 meja, yang satu di bagian depan dekat jalan raya yang berukuran kecil 1 meter persegi. Meja ini untuk menaruh nasi dan gorengan. Satu lagi di sebelah dalam pojok bagian kiri, fungsinya untuk tempat makan. Namun, meja ini pun hanya muat untuk 4 orang aja secara berhadapan.

Saya pun menghampiri penjual tersebut sambil bilang. “Bu, mau makan.” Sambil mengambil nasi menu Tongkol yang di bungkus dengan kertas minyak warna coklat.

“Iya mas. Ini piring dan sendoknya”. mengusap piring dengan serbet habis itu di kasihkan ke saya.

“Terima kasih bu”. Saya pun sambil tolah toleh, mencari tempat duduk yang pas untuk makan. Karena tempatnya agak sempit saya sendiri juga bingung, “ini duduk dimana ya?” Akhirnya saya putuskan untuk duduk di bagian meja agak dalam pojok kiri. Meskipun disana masih ada orangnya tapi nggak papa lah masih ada sisa tempat 1 orang.

“Misi ya mas. Izin duduk disini” .
“Iya-iya mas. Silahkan..”

Seketika duduk saya pun kaget. “Duh la kok kursine eyak-eyok koyo ngene. Dan nggak bisa stabil”. Kursinya ini panjang, bisa muat 2 orang. Karena sudah lama nggak di benahi kali ya. Kursinya ini seperti agak rusak gitu eyat-eyot (bahasa Jawa). Sebenarnya kursi ini sudah nggak layak untuk di pakai. Mungkin ibu yang jualan nasi adanya cuman ini aja ya, jadi yang di suguhkan oleh pembeli ya cuman properti ini aja. “Ya wes lah nggak papa, penting gak goleng (jatuh)”. Kataku dalam hati.

Saya pun menikmati hidangan sederhana Nasi Bungkus dengan lauk tongkol dan mie goreng. Setelah nasi saya habis, ternyata tadi saya lupa belum pesen minuman. “Bu, pesen kopi jahe hitam tanpa gula 1 ya…”

“Tanpa gula ya?” menekankan pesanan saya.
“Iya bener Bu, tanpa gula..”

Ibu pun langsung menghidupkan kompor gas, di atasnya ada air yang dimasak untuk membuat minuman yang saya pesan. Singkat cerita kopi jahe pesanan saya pun sudah jadi.

“Ini ya mas, kopinya..” Menyerahkan segelas kopi beserta lepek di bawahnya.
“Baik, terima kasih ya bu..” jawabku.

Tanpa basa-basi secangkir kopi hitam jahe ini pun segera saya minum. Untuk menghangatkan badan setelah perjalanan jauh. “Sruutt,, ahh…”.

“Ibu asli surabaya ya?”
“Bukan mas, saya aslinya sulawesi.”
“Oh jauh banget ya bu. Sudah lama jualan disini bu?”
“Iya mas. Sudah lama sekali. Sampai sering saya ini diusir sama satpol pp karena jualan di pinggir jalan. Meja saya aja di ambil sama petugas mas.”
Aku pun cuman terdiam, dengan menganggukan kepala. Sambil berkata dalam hati, “kok ngeri juga ya.”
“Jualan nasi seperti ini, hasilnya lumayan lho mas. Saya bisa mensekolahkan 2 anak dari jualan nasi ini. Sampai melunasi hutang para rentenir itu juga dari jualan nasi kayak gini”
“Wah, luar biasa ya bu. La sekarang anaknya ibu kerja dimana? Apa masih kuliah bu?”
“Alhamdulillah mereka sudah bekerja semua mas. Sudah mapan pekerjaannya.”
“Alhamdulillah bu…”

Saya ngobrol dengan ibu tersebut panjang sekali. Saya lebih banyak mendengarkan kisah dan kehidupan beliau. Menceritakan sejarah bisa sampai di Surabaya. Karena cerita ini nggak penting saya langsung lanjut dan persingkat ceritanya. Dan entah kenapa, tiba-tiba beliau berpesan kepada saya seperti ini.

“Mas, kalau bisa usahakan setiap malam bangun ya. Istiqomahkan sholat malam jam 2 atau jam 3. Ibu yakin semua cita-citamu pasti kesampaian semua mas…”

Aku pun terkaget. Dan badan rasanya merinding semua. Sampai, air mataku hampir menetes. Tapi segera aku usap dengan tangan. “Iya bu. Saya usahakan”. Dengan anggukan kepala. Soalnya, sering kali setiap malam, aku habiskan cuman tidur aja. Ingin menjalankan sholat malam rasanya berat banget.

“Karena gini mas. Dulu itu ibu punya hutang rentenir itu banyak sekali. Motor 2 dan rumah disita semua sama rentenir. Pada saat itu ya bingung, mas. Tapi alhamdulillah saya sering sholat malam. Dan semua hutang-hutang saya bisa lunas semua. Padahal cuman jualan nasi seperti ini mas. ”

Saat beliau berbicara saya cuman diam, mendengarkan dengan seksama setiap kata yang terlontar dari mulut beliau.

“Mas tahu kan, pas waktu covid kondisinya seperti apa? Jualan banyak yang sepi. Tapi, enggak tahu kenapa jualan saya itu ada aja yang beli Mas. Makanya, kalau bisa setiap hari jangan lewatkan sholat malam mas.”

“Enjeh, siap ibu. Saya usahakan, soalnya saya ini kalau malam, tidur melulu bu. Maklum anak muda, kadang suka seenaknya sendiri.”

“Jangan gitu. Udahlah, jangan tinggalkan sholat malam, biar semua nanti di tata sama yang di atas. Semua cita-citamu ibu yakin pasti akan dikabulkan.”

“Enjeh, enjeh siap bu…”

Aku pun terheran, gimana ceritanya kok tiba-tiba beliau berpesan seperti itu? Padahal awalnya saya cuman tanya-tanya soal hal yang umum aja. Malah berpesan seperti itu.

Singkat cerita setelah saya ngobrol sama ibu penjual kaki lima tersebut saya segera menghabiskan kopi dan berpamitan untuk segera pergi. Karena mau menghadiri acara.

“Berapa semuanya bu, makan sama kopinya ini…”

“18rb mas…”

Saya pun mengambil uang dari dompet, habis itu saya kasihkan. “Ini ya bu.” Sambil bersalam dengan beliau.

“Lo, kok banyak banget mas. Ini kebanyakan.” kaget dengan nominal yang saya berikan.

“Nggak papa bu. Kembaliannya buat ibu aja ya. Saya minta tolong. Doain, saya bisa istiqomah sholat malam ya bu.”

“Iya mas. Makasih ya. Saya doain. Pokok jangan tinggalkan sholat malam ya mas.”

“Iya bu, matur suwun, sehat-sehat njeh bu. Nanti kalau main ke surabaya lagi, tak mampir kesini. hehe.”

“Iya, ibu tunggu ya mas…”

“Assalamualaikum…” Saya pun langsung segera pergi, dan memesan GoJek untuk lanjut ke acara saya, yang ada di Hotel Surabaya.

Sebuah hadist dari Nabi Muhammad SAW, yang saya kutib dari Kitab Irsyadul Ibad.

“Sesungguhnya di waktu malam ada masa dimana pintu-pintu langit dibuka, lantas ada malaikat yang mengumumkan (atas perintah Allah) : ‘Adakah orang yang meminta, sehingga Aku (Allah) memberinya?’ Adakah orang yang berdoa, sehingga Aku (Allah) mengabulkan permintaanya?’. ‘Adakah orang yang minta ampun? hingga Aku mengampuni padanya’. Sesungguhnya Nabi Daud, pernah keluar pada suatu malam, lalu berkata : ‘Setiap orang yang minta pada Allah pasti dikabulkan kecuali ahli sihir atau tukang bea cukai”

“Pintu-pintu langit dibuka pada pertengahan malam, lantas ada pengundang dari langit yang bersuara : ‘Adakah orang-orang yang berdoa sehingga dikabulkan doanya?; Adakah orang yang meminta, lantas diberi permintaanya? ‘Adakah orang muslim yang berdoa kecuali dikabulkan oleh Allah kecuali perempuan yang berzina yang menjual belikan farjinya atau pegawai bea cukai”. (H.R Thabrani)

Terimakasih sudah membaca sampai habis, sukses untuk Anda semua, dan see you to the top.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *