web counters
4 Cara Merapikan Pikiran yang Berantakan (Ruwet)
Mindfulness, Self Improvement

4 Cara Merapikan Pikiran yang Berantakan (Ruwet)

Aku yakin pasti kamu pernah, merasa pikiran benar-benar berantakan?
Rasanya seperti ada benang kusut di dalam kepala, ruwet, sumpek, dan nggak karuan. Pokoknya penuh banget.

Entah karena pekerjaan, masalah pribadi, atau hal-hal lain yang datang bertubi-tubi. Semua itu bisa bikin kepala jadi kalut, dan akhirnya kita sulit berpikir jernih.

Hal kayak gini wajar banget. Banyak orang juga mengalaminya—termasuk saya sendiri. Ada kalanya saya merasa kewalahan, bingung cari solusi, bahkan untuk sekadar membedakan mana yang penting dan nggak penting saja terasa susah.

Nah, di saat itulah, saya mulai sadar untuk menenangkan pikiran: “Oke, ini waktunya untuk break sejenak”.

Bukan hanya mencari solusi secepat mungkin. Tapi soal merapikan dulu isi kepala secara pelan-pelan, satu per satu. Disini saya berbagi pengalaman, cara saya merapikan pikiran yang berantakan atau ruwet, yang menurut saya sudah terbukti.

1. Menulis: Mengeluarkan yang Tak Terucap

Biasanya, hal pertama yang aku lakukan adalah menulis. Bukan untuk bikin tulisan bagus atau postingan media sosial, tapi sekadar menuangkan apa yang ada di kepala ke kertas atau layar.

Saya percaya, pikiran berantakan itu karena semuanya campur aduk di dalam. Dengan menulis, saya seperti membongkar satu per satu isi kepala, memilah mana yang penting dan mana yang bisa dilepas. Dari situ, biasanya muncul kejelasan: “Oh ternyata aku lagi khawatir soal ini, bukan itu.

Menulis membuat semuanya terasa lebih ringan. Bahkan ketika belum ada solusi, sekadar membaca ulang tulisan sendiri bisa memberi rasa lega.

Sudah banyak penelitian bahwa manfaat dari menulis itu banyak banget, selain dari melepas keruwetan pikiran yang kita rasakan.

Baca juga Kalau Sedang Stres, Menulislah!

2. Jalan Kaki

Selain menulis, hal yang bisa saya lakukan adalah jalan kaki sendirian. Pokoknya, yang penting jalan. Aktivitas ini kelihatan sederhana, tapi efeknya luar biasa.

Saat tubuh bergerak, pikiran pelan-pelan jadi tenang. Udara segar, langkah yang berirama, dan ketenangan jalanan membantu mengurai kekacauan didalam kepala. Sering kali, tanpa disadari, ide-ide muncul begitu saja saat sedang berjalan. Dan ini sering banget saya alami, khususnya saat jalan kaki di pagi hari.

Buatku, ini adalah bentuk meditasi yang menyenangkan.

Baca juga Olahraga Itu Nggak Cuman Sehat, Tapi Juga Bikin Hidup Lebih Bahagia

3. Cerita ke Orang yang Dipercaya

Kita masih manusia, dan nggak semua hal harus kita simpan sendiri. Ada kalanya, yang kita butuhkan cuma didengar. Ya, di dengar!

Saya biasanya cerita ke pada orang terdekat, bisa teman, pasangan, atau saudara. Bukan buat mencari solusi, tapi sekadar mengeluarkan uneg-uneg.

Setelah cerita, beban itu terasa lebih ringan. Bahkan kadang, dari percakapan yang sederhana, muncul sudut pandang baru yang belum pernah saya pikirkan.

Kadang-kadang, kita hanya butuh seseorang yang bilang, “Itu wajar kok,” agar bisa merasa sedikit lebih baik.

4. Menerima Diri Sendiri yang Sedang Kacau

Satu hal yang paling sulit tapi penting: menerima kalau kita lagi nggak baik-baik saja.

Saya dulu sering sekali memaksa diri untuk tetap produktif, tetap positif, dan tetap kelihatan baik-baik saja.

Tapi semakin dipaksa, justru semakin berantakan. Akhirnya saya mulai belajar bahwa nggak apa-apa kalau hari ini belum bisa semangat. Nggak apa-apa kalau sekarang rasanya capek, bingung, atau kosong. Kita hanya perlu menerima dan menyadari itu semua, bahwa kita ini manusia. Bukan robot atau malaikat.

Dengan menerima, kita memberi ruang pada diri sendiri untuk istirahat. Dan dari istirahat itu, biasanya muncul kekuatan baru.

Baca juga Belajar Menerima & Berdamai dengan Kekurangan Diri

Pikiran yang berantakan adalah bagian dari proses kehidupan. Kita semua pernah (dan akan) mengalami hal tersebut. Tapi bukan berarti kita harus menyerah atau memendam semuanya sendirian.

Pelan-pelan, kita bisa belajar untuk menyapa isi kepala, mengurai yang kusut, dan mulai merapikannya, dengan menulis, berjalan, bercerita, atau sekadar menerima.

Kalau kamu sedang ada di fase itu, semoga tulisan saya ini bisa jadi teman yang mengerti. Pelan-pelan saja, semuanya bisa kamu atasi kok.

Terima kasih sudah membaca sampai habis, sukses untuk Anda semua dan see you on the top…

0Shares