web counters
Ketika Menjadi Kepercayaan Bos, Bisa Menjadi Bumerang di Tempat Kerja
Stories

#39 : Ketika Menjadi Kepercayaan Bos, Bisa Menjadi Bumerang di Tempat Kerja

Kemarin malam, Reni (nama samaran) curhat kepada saya tentang masalah yang sedang dia hadapi di tempat kerjanya. Ternyata, dia sedang di-“musuhi” oleh rekan-rekan kerjanya. Penyebabnya? Reni kini menjadi tangan kanan bosnya. Setiap ada urusan penting terkait perusahaan, bosnya selalu mempercayakan tugas-tugas tersebut kepada Reni. Padahal, Reni masih tergolong karyawan baru—baru sekitar 8 bulan bekerja di perusahaan tersebut.

Menurut saya, hal ini wajar saja terjadi. Reni memiliki attitude yang rajin, jujur, dan bisa diandalkan. Itu yang membuat bosnya begitu mempercayainya. Namun, di sisi lain, rekan-rekan kerjanya justru tidak menyukai situasi ini. Mereka merasa iri, terutama para senior yang sudah lebih lama bekerja di perusahaan. Alhasil, alih-alih bersinergi, suasana kerja justru dipenuhi dengan permusuhan dan ketidakharmonisan.

Fenomena yang Sering Terjadi di Lingkungan Kerja

Kasus yang dialami Reni sebenarnya bukanlah hal yang langka. Saya yakin, banyak orang di luar sana yang mengalami situasi serupa. Ketika ada karyawan yang naik jabatan atau menjadi kepercayaan atasan, sering kali timbul rasa iri di antara rekan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan organisasi di perusahaan tersebut kurang sehat. Jika tidak segera diatasi, dampaknya bisa sangat merugikan—kinerja perusahaan bisa menurun tanpa disadari.

Terkadang, yang membuat perusahaan rugi bukanlah faktor eksternal seperti pesaing, melainkan faktor internal. Konflik antar-karyawan, permusuhan, dan lingkungan kerja yang tidak kondusif bisa menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja. Oleh karena itu, hal ini perlu menjadi perhatian serius, terutama bagi teman-teman yang sedang membangun usaha. Jangan sampai lingkungan kerja yang toxic justru merusak bisnis yang sudah susah payah dibangun.

Hal ini menjadi catatanku juga sih, dimana kedepan saya harus membangun budaya yang positif dan bertumbuh di organisasi usaha yang sedang saya bangun. Bukan disisi perusahaan saja yang akan mendapatkan impacknya, namun disisi para karyawan juga merasakan hal yang sama. Sehinga, mereka bekerja dengan nyaman tanpa adanya sebuah tekanan.

Manusia, sebagai Penggerak Utama Perusahaan

Pada dasarnya, roda perusahaan bisa berjalan karena adanya manusia. Jika manusianya sendiri sudah bermasalah, lambat laun perusahaan tersebut akan ikut bermasalah. Bahkan, bukan tidak mungkin perusahaan akan mengalami kerugian besar. Oleh karena itu, membangun budaya positif di dalam perusahaan adalah sebuah keharusan. Lingkungan kerja yang harmonis dan saling mendukung akan membuat setiap tim atau divisi bisa bersinergi dengan baik, bukan saling menjatuhkan.

Membangun Budaya Positif Hal yang Perlu Diperjuangkan

Memang, menciptakan budaya positif di tempat kerja bukanlah hal yang mudah. Ini berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari dan membutuhkan upaya untuk membuka mindset setiap anggota tim.

Namun, langkah ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan nyaman. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:

Mendorong Kolaborasi, Bukan Kompetisi

Menciptakan suasana kerja yang mendukung kolaborasi antar-tim, bukan saling bersaing secara tidak sehat. Serta memberikan sebuah kesadaran bahwa setiap tim memiliki kelebihan dan kekurangan, hal inilah yang menjadi dasar untuk saling bersinergi.

Membangun Komunikasi yang Terbuka

Sebagai seorang leader perusahaan, penting sekali menjadi pendengar yang baik. Hal ini dapat memberikan ruang kepada setiap tim untuk menyampaikan pendapat atau keluhan selama bekerja. Dengan begitu bisa mengetahui, bagian mana yang harus di perbaiki dan perlu di tingkatkan lagi.

Menghargai Setiap Kontribusi

Mengapresiasi setiap usaha dan pencapaian karyawan, baik yang kecil maupun besar, juga di perlukan. Hal ini untuk menciptakan rasa saling menghargai antar tim.

Kasus yang dialami Reni adalah cerminan betapa pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan positif. Tanpa hal tersebut, perusahaan bisa kehilangan potensi terbaiknya karena konflik internal yang tidak terselesaikan.

Bagi para pemilik usaha atau pemimpin perusahaan, ini adalah pengingat untuk selalu memperhatikan dinamika internal tim. Karena, pada akhirnya, perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang diisi oleh orang-orang yang saling mendukung dan bekerja sama dengan baik.

Bagi kamu yang ingin mengikuti konten cerita saya setiap hari, silahkan klik tombol lonceng pojok kiri bawah. Kamu akan mendapatkan notifikasi langsung melalui HPmu. Dan bila, kamu merasa konten saya ini bermanfaat, bisa kamu share ke temenmu lewat sosial media ya. Thanks! 

Terima kasih sudah membaca sampai habis. Sukses untuk Anda semua dan see you on the top…

0Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *