Kenapa Semakin Dewasa Kita Lupa Caranya Tersenyum? Padahal, Senyum Anugerah Kecil untuk Kedamaian dan Kebahagiaan!
- “Sudahkah hari ini kamu Tersenyum?”
- “Dan berapa kali kamu Tersenyum hari ini?”
Senyum adalah alat komunikasi universal yang bisa dimengerti oleh siapa pun, di mana pun, tanpa perlu kata-kata. Tapi sayangnya, semakin kita dewasa, semakin jarang pula kita tersenyum. Berbeda saat masih anak-anak terutama balita yang bisa tersenyum hingga 300–400 kali dalam sehari. Sedangkan orang dewasa? Rata-rata hanya tersenyum sekitar 20 kali, bahkan banyak yang lebih sedikit dari itu.
Buktinya, coba deh kamu hitung, hari ini berapa kali kamu tersenyum? Apakah mencapai 20 kali / hari?
Panelitian tersebut, diungkapkan oleh Ron Gutman dalam salah satu sesi TED Talks berjudul The Hidden Power of Smiling.
Melihat fenomena tersebut, coba sejenak kita menyadari.
- Kenapa semakin dewasa kita semakin sulit tersenyum? Padahal, senyum itu hal sederhana dan gratis.
Jika kita renungkan, tersenyum adalah pintu kecil menuju rasa damai dan bahagia. Bahkan senyum bisa menular ketika kita tersenyum pada orang lain, besar kemungkinan mereka akan membalasnya. Efeknya pun luar biasa, bisa menghangatkan suasana dan menciptakan koneksi emosional yang lebih baik.
Meskipun kita sadar bahwa senyum adalah hal yang baik, namun seiring bertambahnya usia, senyum terasa semakin sulit dilakukan. Bibir ini seolah enggan bergerak, karena pikiran kita dipenuhi berbagai persoalan hidup yang datang silih berganti. Padahal, kalau kita mau merenung sejenak, tidak ada cara yang lebih baik untuk memulai hari selain dengan tersenyum.
Senyum, sekecil apapun, bisa membawa energi positif. Bahkan di tengah masalah yang rumit sekalipun, senyuman mampu menghadirkan rasa tenang, membuat kita lebih percaya diri dan siap menghadapi hari.
Kalau hari ini kamu sedang merasa lelah, jenuh, atau seolah hidup terasa terlalu berat, cobalah untuk berhenti sejenak, tarik napas dalam-dalam, dan tersenyumlah. Kadang, solusi tidak datang dari pikiran yang rumit, tapi dari hati yang tenang dan terbuka.
Tak perlu merasa sendiri, terasing, atau berada di sudut terpencil kehidupan. Dalam senyuman, kita menemukan harapan. Dalam senyuman, kita bisa kembali pada diri yang lebih damai dan bersyukur.
Senyuman yang baik adalah yang muncul secara alami, tulus dari hati dan disertai kesadaran penuh. Bukan senyuman palsu yang hanya sekadar basa-basi, tapi senyuman yang muncul karena kamu benar-benar ingin membuka diri terhadap hal-hal yang mendukung dan menguatkanmu.
Seperti halnya saat kita bertemu dengan customer service di bank dan menyambut kita dengan senyum tulus, suasana yang tadinya tegang menjadi lebih cair. Tanpa diminta, kita ikut tersenyum, seolah senyum itu menyebar begitu saja.
Senyuman punya daya tarik yang sederhana nggak perlu banyak kata, tapi bisa memperbaiki suasana dan menghubungkan hati.
Senyum adalah hadiah gratis yang bisa kita berikan kepada siapa saja di sekitar kita. Namun sayangnya, kita terlalu sering abai terhadap kekuatan kecil ini. Sama seperti udara, hujan, dan matahari senyum adalah anugerah harian yang sering kali kita lupakan.
Di sini, saya juga sedang belajar untuk tersenyum setiap hari kepada diri sendiri, dan sebagai hadiah kecil tapi berarti untuk orang-orang yang saya cintai.
Lewat konten ini, saya jadi semakin sadar bahwa senyuman yang selama ini saya anggap sepele, ternyata adalah hal yang sangat bermakna dalam kehidupan. Bukan hanya untuk orang lain, tapi juga untuk jiwa saya sendiri.
Senyum mengajarkan kita untuk hadir, bersyukur, dan membuka ruang kebahagiaan, bahkan di tengah hari-hari yang tidak selalu mudah.
Mulai hari ini, yuk latih diri kita untuk lebih sering tersenyum. Bukan karena semuanya baik-baik saja, tapi karena dengan tersenyum, kita belajar menerima, bersyukur, dan tetap melangkah dengan hati yang ringan.
Terima kasih sudah membaca sampai habis, sukses selalu dan see you on the top…