Kebahagiaan Terletak di Saat yang Sekarang, Bukan Di Masa Depan
“Kita tidaklah pernah hidup, melainkan hanya berharap hidup; dan selalu menanti-menantikan agar kita bahagia, sehingga kita tidak pernah bahagia”, demikian kata filsuf Pascal.
Saya yakin kamu pasti sering sekali mendengar kata bahagia. Bahkan setiap mulut manusia menginginkan hal ini terjadi dalam kehidupannya. Begitu juga kita, menginginkan kehidupan yang bahagia. Namun, pernah nggak sih kamu bertanya pada dirimu sendiri, dan menyadari bahagia itu di waktu kapan?
Mungkin secara tidak sadar, sering kali kita tidak merasakan bahagia yang sesungguhnya, karena kita menjalani kehidupan secara tertunda. Maksudnya gimana, Wil?
Untuk bahagia kita masih memiliki rule, atau memiliki syarat-syarat tertentu dan menunda kebahagiaan hingga masa yang akan datang.
Kita bisa bahagia bila ada sebuah syarat yang telah kita capai, misalnya bahagia setelah menikah, bahagia setelah mendapatkan pekerjaan, bahagia kalau karir meningkat, bahagia kalau utang-utang lunas, bahagia kalau masalah-masalah sudah selesai, dll. Contoh syarat tersebut terlalu ribet untuk menciptakan kebahagiaan, padahal bahagia itu jargonya “sederhana”.
“Kebahagiaan adalah ketika apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu katakan, dan apa yang kamu lakukan selaras.” – Mahatma Gandhi
Kita terlalu sering berharap kebahagiaan di masa depan, sedangkan masa depan adalah hal yang misteri. Pikiran kita terlalu berekspektasi lebih dengan masa depan, membuat kita tidak bisa hadir secara penuh untuk menikmati rasa bahagia saat ini dan kini.
Kita sering kali berpikir bahwa kebahagiaan membutuhkan waktu yang lama atau hanya bisa didapatkan di masa depan. Hal tersebut membuat kita menjadi lebih fokus “Ingin menjadi bahagia” bukan “menjadi bahagia” itu sendiri.
Kita terperangkap dalam keadaan pikiran “menginginkan” dan hal ini bukan keadaan pikiran “menjadi” atau “mempunyai”. Keadaan pikiran “Ingin menjadi orang yang sukses” berbeda dibandingkan keadaan pikiran “menjadi orang yang sukses”.
Kasus tersebut seperti halnya kita melempar bola didepan kita sendiri, setelah itu kita buru-buru menangkap bola tersebut. Saat bola sudah kita tangkap, namun kita lempar lagi. Saat melakukannya, kitapun protes bahwa kita tidak pernah memiliki bola.
Begitu juga dengan kebahagiaan, rasa bahagia yang seharusnya bisa kita nikmati saat ini, namun kita melemparkannya lagi di masa depan. Sehingga kita menganggap bahwa kehidupan kita tidak bahagia kalau tidak mencapai sesuatu hal di masa depan.
Hidup di Saat Ini, Kini dan Sekarang ini
Kebahagiaan sejati terletak dalam kemampuan kita untuk hidup di saat ini, menikmati momen-momen kecil yang sering terlewatkan karena terlalu sibuk memikirkan masa depan. Ketika kita benar-benar hadir dalam saat ini, kita dapat merasakan kebahagiaan yang sederhana namun mendalam.
Momen di sekitar kita tidak akan pernah terulang kembali, secara persis dimasa yang akan datang. Dengan hidup sekarang ini, kita dapat mengalami kehadiran penuh dalam momen-momen tersebut.
Kesadaran akan keberadaan kita di sini dan sekarang ini, menghilangkan kekhawatiran tentang masa depan yang belum pasti dan penyesalan tentang masa lalu yang telah berlalu.
“Berbahagia bukan hanya karena segala sesuatunya baik, tetapi karena kamu masih mampu melihat hal baik dari segala sesuatu yang ada.”
Kebahagiaan sejati seringkali bisa kita temukan dalam hal-hal sederhana. Saat kita hadir sepenuhnya untuk saat ini, kita dapat menikmati keindahan sekitar yang sering kali kita lewatkan. Misalnya, merasakan sejuknya hembusan angin di pagi hari, nikmatnya aroma secangkir kopi, sentuhan hangat matahari, atau senyuman orang yang kita cintai.
Mengkhawatirkan masa depan atau menyesali masa lalu hanya akan menciptakan ketidakbahagiaan. Hidup di saat ini membantu kita melepaskan diri dari beban pikiran yang tidak perlu, sehingga kita dapat merasakan kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan dalam keadaan yang ada.
Ketika kita hidup di saat ini, kita lebih mampu mengenali kekuatan dan kelemahan kita. Kita dapat menikmati pencapaian-pencapaian kecil dan merayakan kemajuan, tanpa terlalu terpaku pada harapan yang belum terwujud atau kegagalan yang pernah terjadi.
GRATIS! Ebook Siapakah Aku? : Panduan Mengenal Diri Sendiri
Kebahagiaan soal kebiasaan mental dan sikap mental, jadi kalau tidak dipelajari dan dilatih disaat yang sekarang, kebahagiaan itu takkan pernah dialami.
Kebahagiaan itu tidaklah dapat dicadangkan untuk nanti, setelah mencapai hal tertentu, atau memecahkan masalah-masalah external.
“Hanya ada satu cara menuju kebahagiaan dan itu adalah berhenti mengkhawatirkan hal-hal yang berada di luar kekuatan kehendak kita.” – Epictetus
Ketika suatu masalah sudah terpecahkan, maka akan timbul lagi masalah baru lainnya. Kehidupan ini adalah serangkaian dari masalah. Kalau kita ingin bahagia, kita harus bahagia, saat ini juga – Titik! bukan bahagia “Karena” sesuatu.
Hidup di saat ini bukanlah tentang mengabaikan masa depan atau melupakan masa lalu, melainkan tentang memiliki kesadaran secara utuh, penuh akan keberadaan kita di saat ini, kini dan sekarang ini. Dengan begitu, kita dapat merasakan kebahagiaan yang sejati dan memperkaya makna kehidupan.
Kita nikmati untuk hidup di saat ini dan rayakan setiap momen yang kita miliki sekarang ini.
Baca juga konten saya ini Bahagia kalau versi saya seperti ini…
Ini dulu konten saya kali ini, semoga bisa bermanfaat untukmu, membuka tabir kebenaranmu soal kebahagiaan. Terima kasih sudah membaca sampai habis, sukses untuk Anda semua dan see you on the top.