web counters
Stories

#3 : Ketika Gaji Tinggi Tak Lagi Membahagiakan: Kisah Jono dan Pilihan Hidupnya

Ketika saya berkunjung ke rumah temen, sebut saja namanya adalah Jono. Ternyata dia baru saja resign dari pekerjaanya, dan sekarang ini kondisinya lagi nganggur di rumah. Dia bercerita bahwa alasan Jono keluar karena lingkungan kerja terlalu toxic. Pemimpin yang seharusnya menjadi seorang panutan untuk bawahannya tidak bisa mewujudkan itu semua. Atasannya bekerja dan memimpin hanya karena suka dan tidak suka terhadap seseorang, jadi bukan hasil kerja yang di nilainya bagus. Tetapi hanya karena ego dan emosional saja.

Dengan cara memimpin yang kurang tepat seperti itu, membuat lingkungan pekerjaan menjadi tidak kondusif. Seharusnya seluruh team bekerjasama dan bersinergi bareng demi mewujudkan visi perusahaan, malah sebaliknya. Setiap orang bekerja sesuai kemauannya sendiri-sendiri. Hal inilah membuat Jono memutuskan untuk keluar dari perusahaan multinasional, meskipun gajinya terbilang tinggi.

Tak cuman itu saja, selama kerja di perusahaan tersebut dia itu tidak merasa bahagia dan enjoy, tiap hari bekerja penuh dengan keterpaksaan. Sholat dan ibadah setelah masuk di perusahaan tersebut menjadi kacau, dulunya bisa istiqomah beribadah, malah sebaliknya. Dia ngomong kepada saya bahwa, “setelah saya keluar dari perusahaan tersebut rasanya plong wil, ibadahku bisa aku tata lagi tidak seperti dulu. Wirid habis sholat bisa saya istiqomahkan lagi. Tenang rasanya!”, ujarnya kepada saya.

Meskipun, namanya juga manusia pada saat itu Jono memiliki kebingungan juga, setelah keluar kerja mau ngapain? sedangkan di rumah dia mempunyai keluarga dan 2 orang anak yang masih kecil. Mereka setiap hari perlu makan dan biaya sekolah. Akhirnya Jono memutuskan untuk belajar membangun usaha kecil-kecilan dirumahnya, supaya bisa dekat dengan keluarga. Ini adalah cita2 yang di impikannya sudah lama tapi sampai sekarang belum terealisasikan. Bekerja sambil dekat dengan keluarga kecilnya.

Mencoba membuka bisnis adalah jalan yang mau di ambil oleh Jono. Tapi, namanya juga rezeki ya, bisnis yang baru dirintis 1 bulan, dia mendapatkan penawaran kerja oleh teman dekat, bahwa Perusahaan xyz lagi membutuhkan karyawan baru. Perusahaan ini berkantor di Singapura dan membutuhkan banyak karyawan. Penawaran gaji yang ditawarkan pun lumayan tinggi, tetapi penempatan kerjanya lumayan jauh dari rumah, sehingga setiap hari harus pulang pergi supaya bisa bertemu dengan keluarga.

Jono pun galau dengan pilihannya tersebut, apakah mau lanjut membangun bisnis atau kerja lagi ikut dengan orang lain. Jono bercerita masalah tersebut kepadaku, saya pun cuman memberi wawasan bahwa setiap keputusan mempunyai konsekuensinya sendiri-sendiri.

Saya pun memberikan saran seperti ini

“Jon, kalau kamu kerja di perusahaan xyz, penghasilan tiap bulan terbilang aman. Namun, kamu bakal jauh dari keluarga. Kalau mau bangun bisnis, kamu harus benar-benar berkomitmen. Karena bisnis nggak semudah yang kamu bayangkan. Kamu berjalan di tempat ketidakpastian. Intinya kamu harus siap terus beradaptasi dengan keadaan yang terjadi. Hal ini yang aku alami selama ini, terjun di dunia bisnis. Masalah marketing, manajemen atau di bagian produksi.

Tapi pada intinya kalau bangun bisnis kamu bakal dapat ilmu, dan pembelajarannya. Kamu membangun asetmu sendiri, meskipun di awal itu memang berat banget. Impianmu soal fleksibel waktu dan bersama keluarga hal ini bisa kamu realisasikan juga.”

Jono, pun merenung dan memikirkan apa yang sudah aku jelaskan. “benar juga sih wil,” Jono pun menjawab.

“Kalau bisa sih mending dua-duanya aja jalan Jon. Kamu ikut perusahaan dan bangun bisnis, meskipun ini nanti bakal berat sih. Kamu harus bijaksana dalam membagi waktu”

Dari percakapan kami pun, Jono mulai mempertimbangkan saran yang sudah saya berikan kepadanya, sambil mendiskusikan dengan istrinya.

Satu hal yang saya dapatkan dari obrolan dengan teman dekat tersebut bahwa, bekerja di lingkungan positif dan enjoy sangat penting sekali. Nggak melulu soal gaji yang tinggi, bahwa kenyamanan dan kebahagiaan menjadi point utama kalau bekerja. Meskipun gaji tinggi, tetapi berkerja penuh dengan tekanan dan keterpaksaan, seseorang tidak akan bisa menikmati kehidupannya yang sesungguhnya. Bahwa hidup bukan soal kerja dan mendapatkan uang, tetapi soal perjalanan hidup yang lebih bermakna, berkualitas dan memuaskan.

Menyadari hal-hal yang terpenting di kehidupan akan membuka mata kita untuk lebih fokus kepada hal yang membuat kita senang, bahagia dan merasa puas dalam menjalaninya.

Terima kasih sudah membaca cerita saya sampai habis, semoga bermanfaat. Sukses untuk Anda semua dan see you on the top…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *