web counters
Menjadi Penulis dan Menjadi Pebisnis
Stories

#46 : Menjadi Penulis dan Menjadi Pebisnis

Beberapa waktu lalu, saya sempat merenung terkait positioning pribadi ini : “Di mata publik, ingin dikenal sebagai siapa?” Pertanyaan ini membuat saya berfikir secara mendalam karena, jujur saja hingga detik ini pun saya masih sering bingung menentukan identitas yang pas.

Akhirnya, setelah berkali-kali bertanya pada diri sendiri, saya memutuskan untuk melabeli diri sebagai Wildan Asrori: Seorang Penulis sekaligus Pebisnis. Dengan positioning ini, saya berharap orang tidak hanya mengingat nama saya, tetapi juga karya dan keahlian yang saya miliki. Saya ingin dikenal sebagai seseorang yang tidak hanya menciptakan tulisan, tetapi juga bergelut di bidang bisnis.

Kenapa Menulis?

“Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak”. – Ali bin Abi Thalib

Komitmen saya untuk serius menekuni dunia kepenulisan bukan tanpa alasan. Selain karena menulis adalah hobi, kegiatan ini juga menjadi sarana saya menuangkan berbagai ide “liar” yang ada di kepala—sebuah kebebasan kreatif yang mencegah pikiran saya terpendam.

Lebih dari sekadar menyalurkan gagasan, menulis juga membantu saya berproses menjadi pribadi yang lebih baik. Melalui tulisan, saya belajar jujur pada diri sendiri, mengenali identitas, dan merefleksikan setiap pengalaman serta pelajaran hidup. Proses menulis ibarat berdialog dengan diri sendiri, menyelami pikiran dan perasaan yang seringkali luput dari perhatian.

Dari sisi personal, esensi menulis bukan hanya tentang menghasilkan karya, melainkan juga tentang merasakan dampaknya bagi pertumbuhan diri. Sementara dari perspektif yang lebih luas, saya percaya bahwa menulis adalah salah satu cara membangun peradaban. Sebuah tulisan bisa menjadi mahakarya yang abadi, melebihi usia penulisnya sendiri.

Bayangkan, meski penulisnya telah tiada, karyanya tetap hidup dan relevan sepanjang zaman. Romeo and Juliet (1597) masih dibicarakan hingga kini. Dalam dunia sains, kitab Al-Shifa karya Ibnu Sina tentang kedokteran tetap menjadi rujukan akademis. Begitu pula buku-buku pengembangan diri seperti 7 Habits of Highly Effective People, Personality Plus, dan Think and Grow Rich—meski sudah puluhan tahun terbit, peminatnya tak pernah surut.

Contoh-contoh tersebut membuktikan bahwa tulisan mampu mengabadikan pemikiran penulisnya, bahkan memengaruhi generasi demi generasi. Saya yakin, karya-karya tersebut akan terus dibahas hingga di masa mendatang.

Namun, sebagai penulis, rasanya belum lengkap jika belum menerbitkan buku. Seolah ada tanda tanya besar: “Benarkah saya serius di bidang ini?” karena selama ini saya baru aktif hanya di personal blog saja.

Inilah yang memacu saya untuk mewujudkan mimpi menerbitkan buku di tahun ini. Semoga saja bisa tercapai. amin amin amin.

Saat ini, naskah yang sedang saya susun telah mencapai 40%. Tentu, prosesnya tidak mudah. Soalnya menulis buku dengan membuat artikel di personal blog sangat berbeda. Saya kerap kesulitan mengembangkan setiap poin, belum lagi penelitian riset mendalam yang diperlukan untuk memperkuat isi buku. Tapi, menurut saya ini emang tatangan, dimana ini adalah hal yang baru.

Melabeli diri sebagai penulis tapi belum menerbitkan buku seperti halnya berlian yang tetap terpendam di dalam tanah, tak pernah dilihat kilaunya. Terima kasih kamu sudah membaca sampai habis, sukses selalu dan see you on the top.

Bagi kamu yang ingin mengikuti konten cerita saya setiap hari, silahkan klik tombol lonceng pojok kiri bawah. Kamu akan mendapatkan notifikasi langsung melalui HPmu. Dan bila, kamu merasa konten saya ini bermanfaat, bisa kamu share ke temenmu lewat sosial media ya. Thanks! 

0Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *