Hasil Negosiasi Indonesia-Amerika: Pelajaran Berharga, Pentingnya Skill Negosiasi
Hasil negosiasi antara Amerika Serikat dan Indonesia cukup mencengangkan. Indonesia dikenakan tarif impor sebesar 19%, sementara Amerika justru mendapat tarif 0%. Meskipun ada penurunan tarif dari yang sebelumnya 32%, tetap saja hasil ini terkesan merugikan Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira. Menurutnya, dengan kekuatan ekonomi dan posisi tawar yang dimiliki Indonesia saat ini, seharusnya hasil negosiasi bisa lebih menguntungkan dibandingkan yang terjadi sekarang.
Tentu saja, negosiasi antarnegara tidak sesederhana negosiasi dalam bisnis. Dinamikanya sangat kompleks dan melibatkan banyak kepentingan strategis. Namun, pada akhirnya semua tetap bergantung pada siapa yang duduk di meja perundingan dan seberapa piawai mereka dalam menyusun strategi negosiasi.
Dari kasus ini, kita bisa belajar bahwa ilmu negosiasi sangatlah penting, bukan hanya di level internasional, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Negosiasi bukan soal siapa yang paling kuat, tapi soal bagaimana mencapai win-win solution tanpa harus mengorbankan harga diri.
Seringkali kita bernegosiasi tanpa menyadarinya—baik saat berdiskusi soal pembagian tugas, menentukan harga jual, atau menyusun kerja sama bisnis. Sayangnya, ilmu negosiasi masih jarang dibahas secara mendalam. Padahal, negosiasi bukan sekadar “menawar harga agar bisa turun,” melainkan seni membangun kesepakatan dengan pendekatan yang strategis dan saling menguntungkan.
Bagi kamu yang sedang membangun usaha atau sering berhadapan langsung dengan pemilik bisnis lain, kemampuan negosiasi adalah skill yang wajib dikuasai. Karena dalam dunia bisnis, negosiasi adalah pintu masuk untuk menjalin kerja sama yang sehat dan menghindari kerugian.
Belajar dari Buku Power Negotiation
Akhir-akhir ini, saya mulai mendalami lebih jauh tentang ilmu negosiasi. Salah satu buku yang membuka wawasan saya adalah Power Negotiation karya Roger Dawson. Jujur saja, saya cukup terkejut—ternyata, ada begitu banyak teknik dan strategi negosiasi yang bisa diterapkan di meja perundingan.
Namun, satu benang merah yang saya pelajari dari buku ini adalah: tujuan utama seorang negosiator bukan hanya untuk menang, tapi juga membuat lawan bicara merasa ikut menang. Inilah yang disebut dengan win-win solution, kunci dari negosiasi yang sehat dan berkelanjutan.
Ada banyak hal unik dalam dunia negosiasi. Misalnya, ketika kita menawarkan harga terlalu rendah, seringkali sulit untuk menaikkan harga kembali tanpa terlihat tidak konsisten. Sebaliknya, saat kita menawar harga dan penjual langsung menyetujuinya, sering muncul rasa: “Wah, jangan-jangan tadi saya bisa menawar lebih rendah lagi.”
Di sinilah pentingnya memahami kondisi, karakter lawan negosiator, dan nilai (value) yang ada dalam proses negosiasi. Tanpa itu, kita mudah terjebak dalam permainan yang tidak kita pahami sepenuhnya.
Seperti kata pepatah:
“Siapa yang memiliki lebih banyak informasi, dialah yang memenangkan negosiasi.”
Informasi adalah senjata. Semakin kita tahu apa yang dibutuhkan, diinginkan, dan dirasakan oleh pihak lain, semakin besar peluang kita untuk mencapai hasil yang menguntungkan kedua belah pihak.
Baca juga : Apa yang Menjadi Alat Tawarmu? untuk Melamar Pekerjaan!
Supaya lebih mudah kamu memahami, saya buatkan studi kasusnya ya.
Studi Kasus: Negosiasi Jual Beli Mobil Bekas
Bayangkan kamu sedang menjual mobil pribadi, Toyota Avanza tahun 2018. Kamu pasang harga Rp175 juta di platform jual beli online. Setelah beberapa hari, datang calon pembeli yang tertarik dan langsung menawar di angka Rp150 juta.
Tawaran itu terasa terlalu rendah, apalagi kamu tahu mobilmu dalam kondisi bagus, servis rutin, dan jarak tempuh masih tergolong rendah. Tapi kamu juga tidak ingin kehilangan pembeli potensial hanya karena terlalu kaku.
Nah, kamu mulai menerapkan teknik negosiasi:
1. Jangan buru-buru jawab harga.
Kamu respon dengan santai:
“Terima kasih penawarannya, Mas. Boleh saya tahu dulu, apa pertimbangan Mas menawar di angka segitu?”
Ternyata si calon pembeli bilang, ia melihat beberapa listing mobil sejenis dijual di kisaran Rp155–160 juta, meskipun ia akui kondisinya tidak sebagus mobil milikmu.
2. Mainkan value, bukan cuma harga.
Kamu tunjukkan bahwa:
- Mobil dirawat secara berkala di bengkel resmi.
- Ban baru diganti 2 bulan lalu.
- Pajak hidup panjang.
- Bebas bekas tabrakan dan banjir.
“Kalau dibandingkan mobil lain di harga segitu, mobil saya ini bisa dibilang tinggal pakai. Nggak perlu keluar biaya tambahan sampai 1–2 tahun ke depan.”
3. Beri kelonggaran, tapi tetap jaga posisi.
Akhirnya kamu jawab:
“Kalau Mas serius dan mau transaksi minggu ini, saya bisa lepas di angka Rp167 juta, sudah termasuk jasa balik nama.”
Calon pembeli pun merasa diberi win, karena dapat harga lebih rendah dari yang kamu tawarkan awal, plus bonus biaya balik nama.
Kamu juga tetap menang, karena harga tidak jatuh terlalu jauh dan kamu berhasil menjual mobil dengan cara profesional.
Pelajaran dari kasus tersebut :
- Jangan langsung banting harga hanya karena takut kehilangan pembeli.
- Bangun value dan tunjukkan kelebihan produk yang kamu jual.
- Tanyakan alasan di balik penawaran mereka.
- Beri kelonggaran yang terukur, bukan asal ngalah.
Kesimpulan
Negosiasi bukan sekadar urusan duduk di meja perundingan dan beradu harga. Ini adalah seni memahami kebutuhan, membaca situasi, dan membangun kesepakatan yang saling menguntungkan. Kasus negosiasi antara Indonesia dan Amerika menjadi cermin bahwa meski memiliki kekuatan, hasil yang diperoleh bisa tetap merugikan jika tidak disertai strategi dan keterampilan negosiasi yang mumpuni.
Dari situ, kita belajar bahwa kemampuan negosiasi sangat penting, bukan hanya di panggung internasional, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari: dalam bisnis, pekerjaan, keluarga, bahkan jual beli. Seorang negosiator yang baik bukan hanya mampu memenangkan posisi, tapi juga membuat lawan merasa ikut menang—itulah esensi dari win-win solution.
Dengan memahami karakter lawan bicara, nilai dari apa yang ditawarkan, dan informasi yang cukup, kita bisa menegosiasikan lebih banyak hal tanpa harus kehilangan harga diri atau peluang. Seperti dalam studi kasus jual beli mobil tadi, kita bisa melihat bagaimana strategi, penguasaan informasi, dan sikap tenang bisa menghasilkan kesepakatan yang ideal bagi kedua belah pihak.
Intinya, negosiasi adalah skill hidup yang bisa dipelajari siapa saja. Jika dikuasai dengan benar, ia bisa menjadi alat yang sangat berdaya untuk meraih keberhasilan tanpa perlu menjatuhkan pihak lain.
Terima kasih sudah membaca sampai habis, sukses untuk Anda semua dan see you on the top…