#36 : Belajar, Bekerja, Berkarya: Mungkinkah Semuanya Berjalan Seimbang?
Sudah seminggu ini saya benar-benar kewalahan dengan kondisi yang sedang saya hadapi. Mengatur waktu antara mengelola bisnis, kursus bahasa Inggris di Pare, dan menjadi seorang content creator writer ternyata bukan perkara mudah. Saya merasa semuanya penting—bekerja, belajar, dan berkarya harus bisa berjalan beriringan.
Meskipun bisnis yang saya bangun sudah bisa dikelola secara remote, tetap saja saya harus melakukan pengecekan setiap hari agar alurnya tetap stabil. Di sisi lain, keinginan untuk melanjutkan studi S2 juga tidak bisa saya abaikan begitu saja. Persiapan TOEFL menjadi salah satu tantangan terbesar yang harus saya hadapi demi memenuhi syarat melanjutkan pendidikan. Apalagi, kemampuan bahasa Inggris saya masih jauh dari kata mahir. Grammar saya masih sangat dasar, dan setelah vakum selama empat tahun sejak lulus S1, otak saya harus kembali dipaksa berpikir ekstra keras untuk belajar dari nol.
Hampir 70% waktu saya dalam sehari dihabiskan untuk belajar bahasa Inggris—mereview grammar, mengerjakan latihan soal TOEFL, hingga memahami konsep yang dulu terasa asing bagi saya.
Inilah alasan mengapa proses kreatif saya dalam membuat konten menjadi terhambat, bahkan terasa sulit seperti biasanya. Namun, inilah tantangannya, sehingga saya terus mencari cara agar semua bisa berjalan seimbang, tanpa harus mengorbankan salah satu hal yang saya anggap penting dalam hidup saya.
Karena saya sudah berkomitmen untuk konsisten menulis artikel setiap hari, saya merasa perlu merefleksikan diri dan memilah mana yang benar-benar penting dan mana yang tidak.
Tujuannya sederhana : agar saya bisa lebih fokus pada hal-hal yang bernilai dan produktif.
Saya teringat dengan konsep Pareto Principle atau hukum 80/20, di mana 20% usaha yang tepat bisa menghasilkan 80% hasil yang signifikan. Prinsip inilah yang saat ini sedang saya pelajari dan coba terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga : Hal yang sering saya lakukan supaya bisa produktif setiap Harinya
Dalam bukunya, Richard Koch, penulis The 80/20 Principle, menunjukkan bagaimana hidup bisa lebih seimbang jika kita fokus pada hal yang benar-benar penting. Bukan sekadar terlihat sibuk, tetapi menjalani kehidupan dengan nyaman, santai, dan tetap produktif.
Dulu, Koch bekerja sebagai konsultan manajemen di perusahaan besar. Namun, ia mengambil keputusan besar untuk keluar dari dunia korporat dan membangun bisnisnya sendiri, sekaligus menekuni dunia kepenulisan. Keputusannya membawa perubahan besar dalam hidupnya—ia bisa memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga, sahabat, dan kegiatan yang ia nikmati, tanpa mengorbankan produktivitasnya. Ia bekerja lebih sedikit, tetapi mendapatkan kepuasan hidup yang lebih besar.
Baca juga : Review Buku Prinsip Pareto 80/20
Tentu, cerita seperti ini terdengar seperti dongeng. Kenyataannya, mewujudkan keseimbangan hidup bukan perkara mudah. Dibutuhkan refleksi mendalam, keberanian untuk memilih, dan ketegasan dalam memilah mana yang benar-benar penting dan mana yang bisa dilepaskan. Dari situ, kita akan menemukan kejelasan arah dalam hidup.
Saat ini, inilah hal yang perlu saya evaluasi. Dengan rutinitas yang semakin padat, saya dituntut untuk bisa menyeimbangkan segalanya—bekerja, belajar, dan berkarya—agar semuanya bisa berjalan selaras tanpa saling mengorbankan.
Bagi kamu yang ingin mengikuti konten cerita saya setiap hari, silahkan klik tombol lonceng pojok kiri bawah. Kamu akan mendapatkan notifikasi langsung melalui HPmu. Dan bila, kamu merasa konten saya ini bermanfaat, bisa kamu share ke temenmu lewat sosial media ya. Thanks!
Terima kasih sudah membaca sampai habis. Sukses untuk Anda semua dan see you on the top…