Lepaskan Beban Kehidupanmu yang Nggak Penting!!!
“ Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supaya mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap pada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” – Imam Syafi’i
Di konten ini saya awali dari sebuah cerita pribadi, supaya lebih mudah temen-temen dalam memahami melepaskan sesuatu yang nggak penting.
Suatu hari ada temen SMP yang menghubungi saya via whatsapp, “Wil, kamu ada uang nggak? boleh pinjem 1.000.000. Soalnya aku lagi di Surabaya, belum gajian, dan uangku sudah habis untuk kebutuhan hidup”. Sebut saja namanya adalah Jono.
Namanya juga teman saya pun meng-iyakan untuk meminjamkan uang sebesar Rp 1.000.000. Saya berpikir kasihan si Jono, soalnya lagi di perantauan yang jauh dari keluarga. Saya pun membalas, “Oke Jon, kirim no rekeningmu ya…”. Tak lama, Jono pun mengirim pesan dengan nomer rekening beserta nama banknya.
“Sudah saya tf ya Jon, coba di cek sudah masuk belum?” Sambil mengirim bukti screenshoot hasil transaksi via mobile banking.
“Sudah masuk Wil, terima kasih banyak. Bulan depan tanggal 30 bakal saya kembalikan uangmu. “
“Oke Jon, siap. Semoga pekerjaanmu di sby lancar dan berkah”.
“Amin Amin Amin,” Jawab Jono.
Singkat cerita, sudah masuk dibulan berikutnya, dia nggak ada kabar. Masuk bulan ke 3 sama juga, uang yang di pinjam Rp 1.000.000 nggak di kembalikan sama sekali. Akhirnya saya pun mencoba untuk menghubungi Jono.
“Assalamualaikum Mas Bro, gimana kabarnya?”
“Alhamdulillah baik, Wil. Kamu kabarnya gimana?”
”Alhamdulillah, sangat baik juga. hehehe. Gimana pekerjaanmu sekarang?”
”Pekerjaan, lancar Wil. Habis training 3 bulan saya lanjut TTD kontrak selama 2 tahun, bagian divisi gudang”
”Mantap dong Jon, sudah dapat pekerjaan, wes gak bingung nganggur ng omah maneh. hehehe. Btw, uang saya Rp 1.000.000 kemarin gimana Jon? sudah ada belum?”
”Maaf, Wil. Ini belum ada. Bulan depan ya. Bagaimana?”
”ohh,, ya sudah oke Jon, saya tunggu bulan depan ya. Semoga ada rezeki.”
Ternyata sama di bulan-bulan sebelumnya, dia nggak ada kabar sama sekali. Dan akhirnya saya pun menghubungi Jono lagi untuk menanyakan terkait uang Rp 1.000.000, dia menjawab tidak punya uang, padahal dia sudah bekerja. Sampai sekarang uang yang dipinjam Jono, belum dibayar.
Pada waktu menagih uang, saya sangat merasa jengkel, sudah dibantu malah sikapnya begitu. Nggak ada niatan sama sekali untuk mengembalikan uang yang sudah di pinjam. Setiap saya lihat Stories di whatsappnya Jono, ingin rasanya marah.
“ Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS Al-Insyirah : 8)
Seorang yang bijaksana, harusnya dia berkomunikasi dan mau mencicil uang yang sudah dia pinjam, bukan tiba-tiba hilang tanpa kabar. Namun, gimana lagi kalau saya mengharap Jono untuk membayar hutangnya, malah membuat saya semakin jengkel.
Bagi saya uang yang dipinjam jono ini adalah beban, saya berharap terlalu berlebihan uang tersebut bisa kembali. Namun, nyatanya hanya kekecewaan dan kekesalan yang sering saya rasakan.
Akhirnya saya putuskan untuk melepas hal tersebut dan nggak menagih uang yang sudah di pinjam Jono.
Perlahan saya pun mulai belajar dari sisi ilmu psikologi dan ilmu agama, bahwa apa yang selama ini saya lakukan adalah hal yang keliru. Menagih uang itu bukanlah hal yang salah, namun pada waktu menagih uang tapi orang tersebut tidak mau membayar, dan menimbulkan rasa jengkel atau marah, ini adalah hal yang keliru.
Kejengkelan dan kemarahan yang semakin hari semakin menumpuk akan berbahaya bagi kehidupan kita.
Saya lebih memilih ikhlas dan melepaskan uang yang di pinjam. Pasalnya saya bukan orang yang ribet, saya lebih memilih merelakan. Dengan begitu saya bisa menjalani kehidupan yang damai dan tenang. Dari pada memilih kehidupan penuh dengan rasa jengkel dan marah kepada seseorang.
Dari ilmu psikologi, rasa jengkel yang kita pendam dalam jangka waktu yang lama, membuat kehidupan kita menjadi tidak bahagia. Kita akan terganggu, dan tidak bisa menikmati kepuasaan yang sesungguhnya dalam kehidupan.
Rasa jengkel yang terpendam lama, saya ibaratkan seperti halnya kamu memegang 2 buah benda. Bagian tangan kanan memegang smartphone dan di sebelah tangan kiri kamu memegang pensil. Secara teori smartphone lebih berat daripada pensil.
Namun, kalau smartphone kamu letakan dan pensil kamu genggam selama 6 jam, tangan kiri kamu akan merasa capek juga. Bukan berat pensil yang menjadi persoalan, akan tetapi lamanya kamu memegang pensil menjadi penyebab bisa capek.
Begitu juga emosi negatif yang terpendam, seperti rasa marah, kesal dan jengkel, meskipun tidak terlihat, kalau rasa ini tidak segera dibuang akan semakin menumpuk, dan memberatkan kehidupan seseorang.
Kasus seperti ini sering sekali saya alami, dimana ada seorang teman pinjam uang dengan cara yang baik. Tiba-tiba hilang tanpa kabar. Mungkin nggak cuman saya aja yang mengalami, banyak orang ataupun kamu pasti mengalami hal ini.
Pada dasarnya semakin kita sering menagih uang yang dipinjam seseorang, membuat kita semakin marah, jengkel dan kesal dengan orang tersebut, khususnya kalau dia tidak mau membayar. Dulunya teman akrab, tapi hanya karena hutang, bisa membuat pertemanan menjadi rusak.
Dalam dunia bisnis pun saya sering sekali menemui klien yang tiba-tiba kabur nggak jelas, setelah proyek selesai. Saya follow up dan di telpon mereka nggak mau jawab. Tau-tau hilang begitu aja. Nominalnya pun nggak tanggung-tanggung sampai jutaan rupiah.
Dalam sisi bisnis, piutang sangat merugikan perusahaan, tapi gimana lagi. Sikap yang bisa saya lakukan adalah merelakan dan melepaskan klien tersebut. Dan saya lebih memiliki fokus untuk mencari klien dan projek baru untuk menambah income perusahaan. Karena inilah solusi terbaik yang saya lakukan daripada terus mengejar klien, tapi belum tau hasilnya, malah ujung-ujungnya kecewa.
Saya dan kamu pasti setuju bahwa kita mengimpikan kehidupan yang sukses dan bahagia, kalau di hati kita masih ada emosi negatif hal tersebut akan sulit terwujud dalam kehidupan. Kita akan tertatih-tatih sendiri dalam menjalani kehidupan.
Dari sinilah pentingnya kita melepaskan sesuatu hal yang nggak penting. Dimana kalau kamu mengalami hal yang sama, pilihlah sesuatu yang bisa kamu kontrol. Seperti fokus kerja, fokus menjual barang, fokus kegiatan positif dari pada mengharap sesuatu hal yang tidak pasti dan berujung pada emosi.
“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” QS Al Baqarah 2:216
Melepaskan hal yang tidak penting bukan berarti kita memerdekaan seseorang (orang yang pinjam uang). Namun, pada hakekatnya kita memerdekakan diri kita sendiri dan melepaskan hal-hal negatif yang bisa timbul dalam diri kita.
Dari kasus hutang tersebut saya lebih bersikap bagaimana caranya saya mendapatkan income yang lebih besar lagi dari pada uang yang hilang. Saya fokus pada produktifitas dan kreatifitas. Hal ini membuat saya bisa bertumbuh dan lebih enjoy dalam menjalani kehidupan.
Banyak konteks hal-hal yang perlu kita lepas di kehidupan ini. Bukan soal hutang dan uang. Contoh kasus diatas hanya sebagai gambaran aja, yang menurut saya banyak orang yang mengalaminya. Namun sebagian orang salah dalam menyikapi.
Berikut ini saya berikan beberapa hal yang perlu kamu lepaskan di kehidupan, karena nggak penting kalau disimpan terus. Apa saja?
- Omongan Orang Lain/Netizen yang Negatif: Apa pun yang kita lakukan, entah itu baik atau buruk pasti bakal dicaci oleh orang lain. Jadi nggak usah di ambil pusing.
- Keinginan untuk Menyenangkan Semua Orang: Kita manusia yang pada dasarnya memiliki kekurangan, jangan berharap kita bisa menyenangkan semua orang. Fokuslah pada orang-orang yang benar-benar peduli dengan kita.
- Pikiran Negatif: Namanya hal negatif, akan menghasilkan hal yang negatif juga. Jangan biarkan pikiran negatif merusak hari-harimu. Fokus pada hal-hal positif dan selalu bersyukur.
- Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Setiap orang punya perjalanan hidupnya masing-masing. Nggak usah kamu membandingkan pencapaian atau kebahagiaan orang lain. Soalnya nanti kamu bisa stress, berdamailah dengan diri sendiri dan mulai fokus pada perkembangan diri sendiri.
- Punya Rasa Dendam: Dendam hanya membawa beban. Maafkan dan lepaskan untuk kebaikan diri.
- Rasa Bersalah yang Berlebihan: Pada dasarnya semua orang pernah membuat kesalahan. Maafkan dirimu, belajar dari kesalahan dan terus maju.
- Mengkhawatirkan Masa Depan: Fokuslah pada saat ini. Jangan terlalu overthinking pada masa depan. Planning is good, but overthinking about the future can cause unnecessary stress.
- Ketergantungan pada Media Sosial: Batasi waktu di media sosial untuk mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas.
- Rasa Iri dan Dengki: Merasa iri dan dengki pada kesuksesan orang lain hanya akan membuat kita merasa buruk. Rayakan keberhasilan orang lain dan fokus pada pencapaian diri sendiri.
- Rasa Takut Akan Kegagalan: Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Jangan biarkan rasa takut menghentikanmu untuk mencoba hal baru.
Saya berikan sebuah perumpamaan.
Bahwa kita hidup ini seperti halnya sebuah koper. Dimana saat membawa koper untuk pergi jalan-jalan, kita hanya membawa perlengkapan yang penting-penting aja.
Bila, kita memasukan perlengkapan yang tidak penting ujung2nya koper nggak muat dan bisa rusak. Di perjalan pun kita akan kesulitan, membawa koper yang terlalu berat karena terlalu banyak perlengkapan yang dibawa. Perjalanan yang harusnya mengasyikkan menjadi terbebani karena bawaan koper yang kurang efisien.
Seperti halnya koper, harusnya di kehidupan ini kita hanya membawa hal-hal yang jauh lebih penting. Seperti rasa bahagia, keikhlasan, ketenangan, memiliki impian, memilih produktif, bersikap jujur, murah senyum, kreatif, dll.
Jangan mengisi dengan, mengeluh, malas, cemas, marah, jengkel, ketakutan, keraguan, dll. Dimana sikap negatif tersebut, bisa menghambat kita untuk menjalani kehidupan yang bahagia, berkualitas dan memuaskan.
Bagaimana Menemukan Hal-Hal yang Tidak Penting?
Sejenak menepilah, refleksikan dirimu sendiri, berkomunikasilah dengan pikiran dan batinmu. Tanyakan, apa yang selama ini menjadi beban dalam kehidupanmu? Identifikasi dan rasakan emosi yang ada dalam dirimu. Entah itu soal luka, kesakitan, kepahitan, kekesalan atau kekecewaan. Sadari, dan beri ruang rasa tersebut. Mulai lepaskan dan berdamailah dengan semua emosi yang mucul. Dengan begitu kamu bisa memahami dirimu seutuhnya dan mulai paham hal-hal yang nggak penting yang perlu kamu lepaskan di kehidupan ini.
Mulailah, Mengenal Diri Diri
Pada dasarnya semakin kamu mengenal dirimu yang sesungguhnya, kamu lebih bijaksana menempatkan hal yang penting dalam kehidupanmu. Kamu akan tahu soal prioritas dan skala prioritas, kamu selalu terfokus pada tujuan yang lebih besar dalam kehidupanmu.
Bila saat ini kamu masih terfokus kepada hal-hal yang tidak penting, dan selalu galau, artinya ada yang salah dalam dirimu. Mulailah mengenal dirimu se-apadanya, mulailah pahami dirimu secara seutuhnya. Kamu bisa baca panduan ebook yang sudah saya susun untuk “Cara mudah mengenal diri sendiri”, dengan mengunjungi link disini (Premium) Ebook “Siapakah Aku?” : Cara Mudah untuk Mengenal Diri Sendiri.
Membuang hal-hal tidak penting adalah sebuah langkah berani yang dapat membawa banyak manfaat bagi kehidupan. Dengan melepaskan diri dari beban, kita dapat membuka ruang untuk hal-hal yang lebih penting dan menjalani hidup yang lebih tenang, lebih bahagia dan lebih bermakna.
Ingatlah, hidup ini terlalu singkat untuk terbebani oleh hal-hal tidak penting. Fokuslah pada apa yang benar-benar penting dan nikmati perjalanan hidupmu.
Jadi, apa yang harus kamu lepaskan hari ini?
Terima kasih sudah membaca sampai habis, semoga bermanfaat. Sukses untuk Anda semua dan see you on the top…