web counters
Belajar Business Mindset
Stories

Belajar Business Mindset dari Anugerah Printshop & TDA Madiun

Story CEO #12 : Insight praktis untuk pengusaha yang ingin bertumbuh.

Siang tadi, tepat jam 13.00, saya bertemu dengan teman-teman TDA Madiun. Awalnya saya pikir hanya kumpul biasa, tapi ternyata saya pulang membawa banyak pelajaran baru—mulai dari cara mengenali market, bagaimana bisnis bisa bertahan lama, sampai kiat bikin konten yang works di TikTok dan Shopee. Semua insight itu saya rangkum di bawah ya. Bagi temen-temen yang ingin melihat perjalanan saya dalam membangun bisnis bisa baca-baca di hastag #StoryCEO. Semua hal yang berkaitan saya dalam membangun bisnis saya tulis disitu.

Kita lanjutkan.

Hari ini kami tidak hanya kumpul bersama member TDA Madiun, tapi juga kedatangan Ketua Wilayah TDA, Pak Supat, dari Trenggalek yang sedang bersilaturahmi ke Madiun. Sedikit background, beliau adalah owner Anugerah Printshop—salah satu digital printing besar yang cukup terkenal di daerah Trenggalek.

Setelah dapat kabar dari Mbak Jihan selaku ketua TDA Madiun, saya langsung melonggarkan waktu buat ikut nimbrung dan makan siang bareng.

Sebagai anggota yang masih terbilang baru, saya merasa banyak banget manfaat yang saya dapat dari TDA, terutama pelajaran hidup. Ya, anak muda seperti saya emang masih harus banyak belajar dari orang-orang yang sudah lebih dulu makan garam.

Walaupun ini komunitas bisnis, tapi justru saya sering dapat filosofi kehidupan yang rasanya “mahal” banget. Nggak cuma soal bisnis, tapi juga tentang cara berpikir, attitude, dan bagaimana membangun fondasi hidup yang benar.

Obrolan kami siang itu santai banget, penuh ketawa dan cerita ringan. Sambil menyruput kopi susu hangat, saya mendengarkan cerita-cerita menarik dari para senior yang sudah lama terjun di dunia bisnis. Dari obrolan receh, tiba-tiba jadi masuk ke topik yang lebih serius. Pak Supat banyak sharing pengalaman dan prinsip yang ia pegang selama membangun Anugerah Printshop.

Saya lebih banyak diam dan mencatat dibanding bertanya. Dan jujur—itu pun sudah sangat banyak membuka wawasan saya.

Sebelum masuk ke inti pembahasan, saya mau kasih sedikit saran: Kalau kamu sedang membangun bisnis, bergabunglah dengan komunitas atau organisasi yang positif. Bukan cuma soal memperluas circle, tapi kamu akan dapat banyak insight, relasi, dan sudut pandang baru. Tapi pilihlah komunitas yang benar-benar bertumbuh. Kalau saya pribadi nyaman di TDA karena nilai-nilainya sangat relate dengan prinsip hidup saya.

Oke, ini beberapa hal yang saya pelajari hari ini:

1. Konsisten & Fokus pada Proses

Dalam bisnis, bukan soal siapa yang paling besar atau paling cepat berkembang. Tapi siapa yang paling fokus menjalani proses setiap harinya. Konsisten itu kunci. Banyak orang jatuh bukan karena kalah, tapi karena berhenti terlalu cepat.

2. Bangun Culture Perusahaan yang Saling Melengkapi

Di Anugerah Printshop, semua anggota tim diajarkan untuk saling bantu. Misalnya, divisi konten sudah selesai membuat 3 video dan punya waktu luang—mereka bisa bantu tim packing. Sekecil apa pun bantuan itu, tetap berarti. Culture seperti ini bikin perusahaan jadi kuat.

3. Menentukan Harga dengan Melihat 5 Tahun ke Depan

Pak Supat sudah memperkirakan kenaikan admin marketplace sejak 5 tahun lalu. Makanya ketika admin fee naik, beliau sudah siap dan tidak panik. Pelajaran penting buat saya: harga yang kita tetapkan hari ini harus mempertimbangkan kondisi beberapa tahun ke depan.

4. Menerapkan SOP ala “BCA”

Semua pasti sepakat layanan BCA itu juara. Ramah, rapi, SOP-nya kuat. Banyak perusahaan menjadikannya role model layanan. Saya pribadi mulai menerapkan standar layanan ala BCA di bisnis saya—yang ramah, jelas, dan profesional.

5. Pentingnya Belajar Geografi (dalam Konteks Bisnis)

Awalnya saya pikir geografi cuma soal tanah dan lokasi. Ternyata pebisnis juga harus belajar geografi—tapi versi ekonomi: pertumbuhan wilayah, PDB daerah, market share, perilaku masyarakat, dan peluang berdasarkan data. Dari sini bisnis bisa mengambil keputusan yang lebih tepat, bukan hanya mengandalkan feeling.

6. Belajar dari Kompetitor

Kompetitor itu bukan untuk ditakuti, tapi dijadikan indikator. Kita bisa belajar dari sejarah mereka, strategi mereka, bahkan struktur tim mereka. Dari situ kita tahu apakah bisnis kita sudah bertumbuh optimal atau belum.

7. Paham Target Market & Jago Menjaga Customer Relationship

Kita nggak perlu menyasar semua market. Fokus saja pada target yang paling tepat. Ketika targetnya jelas, muncul kompetitor pun kita nggak akan panik. Selain itu, menjaga pelanggan agar tetap loyal jauh lebih penting daripada mengejar pelanggan baru terus-menerus.

8. Patuh pada Algoritma TikTok & Instagram

Algoritma sosial media itu sebetulnya sederhana: ia menyesuaikan kebutuhan manusia. Selama konten kita menghibur, mengedukasi, atau menginspirasi, peluang FYP besar. Tapi ya tetap butuh konsistensi. Konsistensi adalah bensin untuk algoritma.

Itulah catatan kecil yang saya dapat dari diskusi bersama teman-teman TDA Madiun sore ini. Kalau kamu sedang membangun bisnis, bingung arahnya, atau butuh teman diskusi, coba deh join TDA di kota kamu. Buat teman-teman di Madiun, kamu juga bisa gabung di TDA Madiun.

Semoga cerita ini bermanfaat dan membuka sudut pandang baru.
Sukses selalu untuk kalian, dan… see you on the top!

0Shares